Sabtu, 25 Juli 2020

Pentingnya Muslimah Memiliki Cita-cita (Nonfiksi)



Pada akhir zaman ini, banyak kita ketahui bahwa muslim, terutama muslimah, belum bisa menggapai cita-citanya. Bahkan muslimah remaja mengatakan kalau mereka belum mempunyai impian. Padahal memiliki keinginan itu penting. Mengapa?

1. Karena kita tidak mungkin ‘kan melakukan sesuatu tanpa harapan?
2. Sebab di dalam Q.S. Adz Dzariyat ayat 56 berbunyi
 
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
yang artinya “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Sebagaimana kita ketahui bahwa wanita, terutama muslimah, adalah tonggak peradaban. Di mana Allah telah menetapkan peran kita sebagai:
1. Jembatan menuju Jannah saat masih kecil
2. Penyempurna agama bagi suami sesudah menikah
3. Madrasah pertama anak-anak saat telah menjadi ibu
4. Bahkan surga pun sudah berada di bawah telapak kakinya.

Jangan lupa kalau corpus collosum (hemisfer/bagian otak) perempuan, lebih tebal daripada laki-laki. Maka dari itu, wanita sering ditandai dengan kemampuan multitasking dan emosinya lebih matang.

Namun, masih banyak dari kita yang bingung untuk masuk ke jenjang berikutnya. Bakat dan minat tidak mengenal, disarankan ini kurang pas di hati, mau memilih rasanya mengambang & bagai tiada pijakan. Kalau hal tersebut belum dapat menggambarkan pilihan yang dapat dipilih. Mari kita mencoba.

Setidaknya, kita memikirkan bahwa generasi penerus berhak lahir dari rahim seorang ibu cerdas. Di mana mencari ilmu dengan didasari lillahita’ala dan dihiasi oleh adab atau akhlak yang baik.

Bagaimanapun keberhasilan atau kegagalan cita-cita kita, jangan sampai lupa dalam Q. S. Al Hasyr : 18.

وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ 
“…dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…”

Maka dari itu, sahabat lillah, kita sebagai penumpang di bumi haruslah memiliki kapal ikhtiar untuk mengarungi laut kehidupan dan pastinya harus punya target. Sebab tidak mungkin kita naik kendaraan tanpa tujuan, bukan?
Untuk itulah mari memiliki cita-cita. Paling tidak untuk orang lain dan melakukannya dengan sukacita. Tentunya supaya bermanfaat juga bagi orang lain.

Sebab kita tak akan memusingkan bakat dan minat, bila telah paham apa yang kita lakukan memiliki satu ujung koridor. Allah. Jalur yang akan terlukis pun lancar terskema sebagai opsional menuju bidikan anak panah.

0 komentar:

Posting Komentar