Kamis, 26 November 2020

Puisi - Demi Masa 2

DEMI MASA 2

Oleh: M3

Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Sungguh banyak manusia berada di lingkup kerugian. Kecuali yang saling menasihati terhadap kebenaran. Dan juga saling menasihati untuk pondasi kesabaran

Demi masa, seringkali insan lalai pada dua nikmat. Kesehatan dan waktu luang. Sering disia-siakan atau disepelekan. Bahkan dibuat bermaksiat.

Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Ketika denting masih bergerak, kamu bermalas-malasan. Saat tenggat dirasa jauh, seakan nanti jadi jurus pamungkas. Lantas apa yang membuatmu terus merasa terbatas?

Teriring orang baru datang ke kehidupan. Memberi luka, bahagia, dan pelajaran. Kesadaranmu mana? Seolah-olah semua akan bertahan lama.

Padahal sejatinya kamu tidak menghargai waktu. Kemudian berkata cepat sekali hari berlalu. Merutuki diri karena target dan aktivitas seolah tak mujur. Insecure pada tiap kabar keberhasilan orang yang baru. Lalu, bertanya kenapa mereka meninggalkanku? 

Kamu bukan terlambat. Sebab syukur masih belum tertambat. Hatimu butuh menyadari atas hidayah yang tersurat. Demi masa, untuk apa waktu digunakan hingga kamu caci cacat?


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day12MBSbatch1 #mufmunmuh #puisi #syair #sajak #bait #monolog #alquran #alashr #arrahman


terinspirasi oleh:

Q. S. Al Ashr : 1-3 | Q. S. Ar Rahman : 13

Quotes

Kemudahan dalam hidup adalah memulai, tetapi yang sulit ialah konsisten. Oleh karena itu, Allah menyukai sedikit yang terus-menerus dilakukan. Daripada banyak, tetapi hanya sekali.

Begitulah perjuangan. Berproses, belajar, dan terus berupaya. Tidak mudah, karena jaminannya adalah surga. Kalau gampang, ya, cuma dapat piring cantik.

Jadi, mari mempertahankan niat, perangai, dan perilaku yang baik hingga akhir menjemput nyawa. 

#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day11MBSbatch1 #mufmunmuh #quotes

Puisi - Tetes

TETES BANDING SEBELANGAH

Oleh: M3


Bulir satu per satu turun

Di bawahnya ratusan orang berebut

Sebatas air laut

Namun, hebat dalam menyulut


Itulah ingin

Tiada berhenti

Semakin dituruti

Semakin meninggi


Tetes yang hanya menyisakan kehausan

Padahal sebelangah samudera berada di depan

Manusia, lebih suka jangka pendek yang fana

Daripada jangka panjang membawa berkah


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day10MBSbatch1 #mufmunmuh #puisi #sajak #bait #syair #pictbygoogle #pictbyunsplash

Minggu, 22 November 2020

Monolog - Sejatinya

SEJATINYA

Oleh: M3

Kita ini lemah. Sangat lemah. Bandingkan saja dengan semut. Ditiup menjauh, tak mati. Cicak jatuh, malah lari. Sedangkan yang lain, barusan lahir sudah beranjak berdiri. Kita? Lahir cuma menangis dan bergerak tanpa mobilitas.

Sungguh kacau kalau racun ujub dan sombong kita minum. Lalu menyatu dalam hati. Naudzubillah. Kita sudah lemah, tetapi sok cerdas di hadapan Sang Kuasa? Apa kau tak tahu malu, wahai diri?

Ketika sakit, seluruh tubuh rasanya rapuh. Entah fisik maupun psikis. Pertolongan cuma bisa kita minta kepada-Nya. Kapan lintasan sadar diamati oleh nurani? Terima bahwa kita lemah, rendahkan diri, ikhtiar semaksimal mungkin, dan mohon luas-luasnya.

Tiada daya upaya melainkan kekuatan dan pertolongan dari-Nya. Sejatinya kita ini sangat lemah. Lantas apa tidak hina, bila kita mengagungkan yang hanya titipan ini? Baik nyawa, tubuh, keluarga, kerabat dan harta benda. Kemudian mencaci apa yang sudah kita dapat dengan mengesampingkan rasa syukur. Naudzubillah 


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day9MBSbatch1 #mufmunmuh #monolog #pictbygoogle #pictbyunsplash

Monolog - 2 Hal

DUA HAL
Oleh: M3

Pertama, manusia sering bekerja keras untuk mencari harta sampai stres. Akhirnya jadi sakit, terus uangnya dipakai buat berobat. 🤔 Siklus yang aneh.

Kemudian sering banget ada yang bilang tidak tahu mau melakukan apa. Bahasa gaulnya gabut —katanya.

Namun, ketika ditanya "Sudah ngerjain tugas? Baca buku apa hari ini? Baca Alqurannya sampai halaman berapa?" dan rata-rata jawabannya belum.

Ironi. Kita sering lalai pada nikmat ini. 😢Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

Mari menjaga dan merawat diri supaya giat ibadahnya. Sentuh, baca, dan merenung juga ke Alquran dan buku-buku lain, ya, Wahai Diri. Hafalan dan ilmu juga butuh dimurojaah. Saling mengingatkan, yuk! 😊 Salam literasi. 🌱


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day8MBSbatch1 #mufmunmuh #nonfiksi #pictbygoogle #pictbyunsplash

Cermin - Temu Pisah

SAMBUTAN DAN PERPISAHAN

Oleh: M3

Menuju kelahiran putra pertamanya, Azra dan Ika telah maksimal menyiapkan. Kontraksi, kesakitan, kekhawatiran, dan harapan menjadi satu. Carut marut menekan hati. Mendebarkan jantung, sangat keras. Hingga tangisan pecah, merasuk ke daun telinga.

“Alhamdulillah, terima kasih, Istriku. Kamu sudah berjuang begitu keras.”

Lelehan air mata tak dapat dibendung. Akhirnya pintalan rindu selesai. Mereka bertiga bertemu dengan selamat dan sehat. Kangaroo care dilakukan. Menyusui juga lancar. Senyum terus terukir.

Namun, beberapa jam setelahnya, Iksan, nama anak mereka, mengalami kesulitan bernapas. Enggan menyusu, kuku, dan bibirnya membiru, serta berkeringat. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, bayi kecil itu pun mengembuskan napas terakhirnya.

Kini tangis haru bahagia berganti cepat dengan kesedihan yang mendalam. Kehilangan sudah pasti. Akan tetapi, suratan takdir telah berbicara. Pena lauhul mahfudz telah kering.

“Yang kuat, ya, Ka.”

“Makasih teman-teman. Memang seringnya kita begitu getol menyiapkan sambutan, tetapi lupa kalau perpisahan juga lebih pasti hadir tiada terduga. Setiap kedatangan pasti akan diakhiri perpisahan. Aku harus siap.”

“Allah lebih sayang kepada putramu.”

Beberapa teman ada yang memeluk dan mengelus pelan punggungnya. 

“Aku yakin, ia akan menjemputku nanti di sana. InsyaaAllah,” sahut Ika tersenyum tipis dengan mata dan hidung yang masih memerah.

"Aamiin Ya Rabbal'alamiin." seluruh yang berada di ruangan seba putih menyahut bersamaan. 


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day7MBSbatch1 #mufmunmuh #cermin #pictbygoogle #pictbyunsplash

Rabu, 18 November 2020

Monolog - Cuaca

IRONI
Oleh: M3

Terkait tangisan awan. Langit menumpahkan airnya. Membawa suasana sendu. Cocok bagi insan puitis 'tuk bersajak. Namun, kebanyakan sering mengulang dalam hati maupun bibirnya. Makhluk yang hanya menaati Sang Penitah. 

"Ah, panas sekali hari ini," keluhnya menyeka keringat.

Hujan datang. Deras sekali. Kadang hanya gerimis. Hawa dingin menyusup ke pori-pori kulit. Sayangnya, keluhan lagi-lagi menabur cakap.

"Duh, kenapa hujan sih? Kan jadi terhambat...." cercamu bersungut-sungut, kesal. 

Begitulah tabiat manusia. Suka 'sambat' beserta alasan pembenarannya. Silakan cek saja ke Alquran surat Al-Ma'arij ayat 19. Kalau saja Allah berkehendak hujan jadi badai, kita pasti dilanda ketakutan, baru dengan permohonan taubat. Mungkin saja tidak? 

Apakah mesti diberi peringatan dahulu agar kita tak mudah mencela? Terlebih pada makhluk yang tak dapat berbuat apa-apa. 

Apalagi ditambah pernyataan Rasulullah saw. Ketika para manusia jatuh ke dalam neraka. Layaknya sebanyak air hujan yang deras jatuh ke bumi. Bertubi-tubi. Sangat banyak. 

Akan tetapi, di sisi lain, bagi yang menyadari. Semoga itu kamu. Iya, kamu yang membaca tulisan ini.

Menyadari bahwa hujan merupakan air yang diturunkan dari langit. Dipenuhi keberkahan. Ayo main ke Alquran surat Qaaf ayat 9 dan surat lainnya. 

Selain itu, waktu gerimis atau air yang datang keroyokan ternyata membawa waktu mustajab. Siapkan doa, yuk. Pasti ada dong harapan kita yang ingin dikabulkan? Tentunya berterima kasih atas karunia-Nya

Menggunakan nikmat Allah sesuai syarat syukur, yuk! Semoga Allah menjaga dan mengampuni kita. Jangan lupa menggunakan saat mustajab lainnya dengan maksimal. Salam dari penyuka hujan berkabut! 💝


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day6MBSbatch1 #mufmunmuh #nonfiksi #pictbygoogle #pictbyunsplash

Monolog - Esensi

ESENSI

Oleh: M3

Berjuta kisah terlentang dari ujung A hingga ujung Z, bahkan lebih. Beberapa sering dibandingkan. Tak ayal manusia suka berlomba-lomba siapa paling parah penderitaannya. Entah secara sadar, setengah sadar, atau bahkan tidak sama sekali.

"Kalau aku mah lebih parah!" ucapmu membara.

"Ya ampun! Ceritamu lebih parah, ya, dari aku," sanggah seseorang yang lain.

Sebenarnya kita ini sedang apa? Kebutuhan apa yang ingin dicapai kala bercerita? Mengapa masih membandingkan? Kenapa masih merasa cerita kita ini adalah kompetisi?

Aku paham kita semua punya cerita dengan —walau ada kesamaan— rangkaian peristiwa detail yang berbeda. Namun, bukan berarti derita kita ini dibangga-banggakan keparah-annya. Seakan seluruh dunia tak adil, sehingga menutup segala nikmat yang telah diberikan-Nya.

Self-awareness. Kita butuh menyadari dan menerima diri sendiri. Ini hidup kita. Ini ujian kita. Ini teguran bagi kita. Marilah kita meraba diri. Cerita kepada manusia yang dipercaya boleh-boleh saja sebagai self-care. Bentuk perawatan diri secara mental. 

Itulah mengapa manusia dibekali akal untuk merenung. Guna meraih esensi dari setiap kejadian dalam hidupnya. Menginginkan kesakitan yang sama untuk orang lain atau memahami betapa sakitnya hal tersebut. Akhirnya memilih mencegah memberikan luka yang sama.

Karena sejatinya, kita memaknai kehidupan di tengah perjalanan ini sesuai dengan perspektif yang 'mau' kita pakai. Rasa sakit dengan segala emosi negatif yang terpendam itu mau kita atasi atau malah dipupuk hingga jadi bom waktu? Maknai kehidupan kita untuk meraih diri kita yang terkuat.

Sebab bunuh diri itu bukan karena 'hanya' tak boleh menyakiti diri sendiri. Namun, sanggup-kah kita menahan perihnya balasan di akhir sana? Sepercaya diri apa kita sampai ingin memutuskan bunuh diri? Maka dari itu, inilah kesempatan kita agar menjadi individu yang lebih baik lagi dari diri kita yang kemarin. 


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day5MBSbatch1 #mufmunmuh #monolog #pictbygoogle #pictbyunsplash

Cermin - 💝 Ke Orang yg Sama

 CINTA KE ORANG YANG SAMA

Oleh: M3

Entah kemasukan apa, tiba-tiba Nada berujar padaku tentang kecemburuannya. Ia berkata kalau dirinya tidak terlalu suka bila aku dekat Cameo. Tentu terperangah aku dibuatnya, karena sebenarnya aku menyukai teman sekelas itu. Dari situ, sakit hati bermunculan. Apalagi mengetahui Cameo mengantarkan Nada pulang ke rumah.

Relasi pertemanan dengannya semakin jauh. Bahkan di titik puncaknya, Cameo membuat unggahan kado dari Nada. Dadaku sesak, tubuhku panas dingin, perhatian Cameo teralih. Kukonfirmasi apa yang tengah kulihat. Cameo enggan menjawab.

"Sorry, Nad," lirihku memblokir kontak Nada, "Toh dia nggak bakal sadar. Sekarang aja jarang chattingan," tambahku melempar ponsel ke kasur.

Dan tibalah waktu Nada menyadari apa yang kuperbuat. Bahkan Cameo juga tahu. Aku membulatkan mata. Geram, benci, penuh tanda tanya, merasa tak adil, dan sedih. Atmosfir kelas jadi keruh, dingin, dan mengabu.

Aku tidak mau Cameo membenciku. Aku tersadar bahwa telah berbuat yang salah. Mengajak yang lain ikut membenci Nada. Padahal aku sendiri tidak mau bila seperti itu. Sampai di titik bersalaman sebagai tanda pisah kelas 12, aku meminta maaf padanya dengan tangis.

"Maaf, ya, Nad. Harusnya aku nggak boleh membencimu."

"Nggak, La. Aku yang salah. Harusnya aku yang minta maaf. Harusnya aku yang mengalah. Mengacaukan hubungan. Merusak pertemanan kita. Aku minta maaf," sahutnya memelukku sedikit lama.

"Maaf sudah mengajak banyak orang membencimu. Aku sadar bahwa cemburu itu sangat membahayakan bila tidak pada ruang yang tepat. Maaf, ya."

"Terima kasih, aku minta maaf banget. Aku harap pertemanan ini akan baik-baik kembali," katanya mengusap air mataku yang menderas.

Cinta pada orang yang sama rawan merusak pertemanan. Pengalaman memang guru terbaik. Masalah terus mendera, tetapi jangan sampai aku membenci orang lain lagi. Cukup tidak suka perilakunya. Karena Allah, menyukai orang yang menyambung tali silaturahmi dan saling mudah memaafkan. Kini relasiku dengan Nada yang tadinya rusak, kembali pulih. Bahkan kami saling mendukung dalam rintisan bisnis.


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day4MBSbatch1 #mufmunmuh #cermin #pictbygoogle #pictbyunsplash

Monolog - Beruntung

 MASIH BISA
Oleh: M3 

Berhasil, mujur, bernasib baik, dan bahagia adalah arti dari sejumput kata 'beruntung' di KBBI. Bagaikan emas di depan mata. Kadang disambut dari menunggu atau bahkan datang tiba-tiba. Namun, lebih luas lagi daripada itu.

Tinta takdir telah kering. Tak terhitung berapa folder perjalanan hidup yang tertunaikan. Sayangnya, kadang kita lupa. Parahnya juga sering lalai. Memang ringan untuk menulis atau berucap. Merealisasikan adalah tindakan yang berat.

Namun, kita bukanlah makhluk deterministik saja. Bukan cuma bergantung pada nasib. Sugesti, mindset, prasangka, dan harapan membentuk kita. Setiap insan diberikan kebebasan bertindak. Optimis dan pesimislah tongkat dorongan kita. 

Bermacam takdir mengimpit dada. Seakan meruntuhkan pertahanan diri. Biarlah pikiran kita membuka cakrawala penelusuran. Jadikan diri kita sebagai pemetik hikmah. Sebab kita masih beruntung. Masih ada napas yang berembus.

Masih bisa untuk bertaubat dengan mulus. Mari kita berlari demi menjaga jajaran pagar keberuntungan. Karena sejatinya, keberuntung-an yang utama, masih bisa merasakan sambutan muhasabah dan manisnya iman. Yang dapat menuntun kita, pada keindahan bersisian dengan Pemilik Semesta dalam sebaik-baik keadaan.

Bumi Allah, 17 Oktober 2020


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day3MBSbatch1 #mufmunmuh #nonfiksi #pictbygoogle #pictbyunsplash 

Cerita Mini - Rumah

Rumah Empat Sanggahan

Oleh: M3

  Kala itu hujan deras turun di kota. Seorang anak kecil botak memakai kaos abu lusuh. Giginya bergemeretak menahan dingin. Di saat itulah, ia melihat seseorang akan menyebrang tergesa-gesa. Sebuah mobil datang dengan kecepatan tinggi. 

 Gilang, nama bocah itu, langsung berlari mendorong paksa anak lelaki berkemeja kotak ke trotoar. Tabrakan tersebut tak dapat dihindari. Ia terlempar ke belakang. Jatuh menelungkup. Darah merembes di antara tetesan hujan. Bryan terperangah. Syok pada insiden di depannya.

  Keesokannya, masih pusing, Gilang terbangun di ruang serba putih. Tiba-tiba jantungnya berdegup lebih kencang. Matanya melotot. Ingat bahwa adiknya pasti menunggunya pulang semalaman. Belum lagi perut keroncongan yang tidak dapat diatasinya kemarin. 

 "Hei, kamu sudah bangun!" sorak Bryan terperangah senang. 

 "Aku harus pulang," kata Gilang turun dari ranjang menuju pintu. 

 "Kamu belum pulih betul, Kawan. Istirahatlah dulu." 

  "Tidak bisa." 

  Bryan mencoba menghalau, tetapi Gilang tetap memaksa pulang. Dengan berat hati, ia pun mengiyakan penyelamatnya untuk pulang dengan syarat, akan mengantarkan sampai rumah. Di perjalanan, Bryan berterima kasih kepada Gilang karena sudah menyelamat-kannya. Selain itu, ia menawarkan sesuatu pada teman barunya yang ternyata sama-sama berusia 14 tahun. 

  "Benarkah aku boleh meminta sesuatu?"

  "Tentu."

  "Apa pun itu?" 

  "Betul sekali." 

 "Aku ingin punya meja besar dari Mebel SX. Ukuran sekitar 400 x 160 x 120 cm."

 Bryan ragu, tetapi berupaya bungkam lebih dulu. Jalanan lengang karena masih disapa pagi berkabut. Gilang menyetop sopir Bryan. Di sebelah mobil, ada rumah bertingkat yang di sampingnya ada gang. Sebelahnya lagi terdapat sungai beraliran tenang. 

  "Kenapa pakaian dan jaketnya lusuh gini kalau dia orang berada?" gumam anak orang kaya itu. 

 "Bagaimana keluar dari sini?" celetuk Gilang yang awam cara membuka pintu mobil. 

 Bryan langsung membukakan. Gilang pun keluar dari kendaraan dan mengucapkan terima kasih. Namun, terlampau penasaran terhadap alasan Gilang. Sulit dibayangkan nalar ketika ada yang menerima tawaran balas budi dan cuma meminta meja.

 "Tunggu! Bolehkah aku ikut masuk ke rumahmu?"

 Bryan memutuskan ingin ikut. Gilang bergeming  sejenak. Kernyitannya menandakan sedang menimbang-nimbang. Akhirnya dia mengiyakan. Bryan mengikutinya. Ternyata lelaki cilik tersebut salah kaprah. Justru ia diajak ke kolong jembatan. Terperanjat sudah pasti. Adik Gilang pun keluar dari balik tumpukan kain yang menyelimuti meja besar. 

  "Astaga! Kukira hantu," batin Bryan setelah bulu kuduknya turun. 

  "Kakak kenapa baru pulang?" tanya gadis kecil berusia lima tahun tersebut. 

 "Nanti Kakak ajak beli makan, ya. Sabar. Soalnya masih ada 10ribu aja."

 Membaca ekspresi Bryan, Gilang pun menjelaskan. 

  "Inilah rumahku dengan empat sanggahan. Cuma terbuat dari meja yang telah lapuk. Ayahku meninggal dua tahun lalu, sedangkan Ibu menikah lagi tahun kemarin. Beliau meninggalkan kami seusai keluar dari kontrakan...

  Tak ada tanah yang bisa kami tinggali, selain kolong jembatan ini. Dengan bantuan orang-orang, meja karya terakhir ayah dari mebel SX saat itu diletakkan ke mari. Untungnya tidak curam kala menuruni tempat ini," jelas Gilang tersenyum lebar.

  Bryan terenyuh pilu.

 "Karena takut ambruk, aku pun menerima tawaranmu. Meskipun awalnya yang penting kamu selamat." 

  Bryan memeluk penyelamatnya dan mengajak mereka untuk membeli makanan. Sebagai ganti Gilang terlambat menemui adiknya. 


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day2MBSbatch1 #mufmunmuh #ceritamini #pictbygoogle #pictbyunsplash

Senandika - Mimpi

 📬 Apa Pantas Kamu Bermimpi? 

Teruntuk aku yang berangan, dari aku yang bermimpi:

Kamu adalah jenis tipikal manusia penuh harapan. Tentunya dengan kesesuaian sanggup mengupayakan. Berbagai impian kamu rajut. Entah di antara kertas atau bahkan sekadar di pikiran belaka.

Ratusan insecure menghinggap. Ia bermunculan seakan menelantarkan usahamu. Terasa diri sia-sia. Mimpi yang terangkum jadi retak. Kamu jatuh terduduk dan bergeming di pojokan.

Kemudian satu suara berkelakar, "Memang pantas kamu bermimpi?" ke dalam nalar. Rasanya ingin berteriak, tetapi tercekat. Kacau benteng semangat yang telah kamu buat.

Dadamu gusar, rambutmu awut-awutan, dan tatapanmu jadi kosong belaka. Menetapkan muram durja. Tak pantas berada, tak mampu mengejar, yang ada cuma omongan.

Matamu memejam sejenak. Ingin menyingkirkan ribuan kegilaan yang memenuhi otak. Bibirmu berujar, "Apa aku salah punya banyak mimpi?" di hadapanku. Aku yang lain berjongkok mengawasimu.

"Tidak ada yang salah untuk jadi pemimpi. Terkadang jalan berbeda mesti kita lewati. Itu yang membuat kita berbeda dari yang lain. Kamu pasti bisa dan aku yakin. Jadilah dirimu sendiri dengan ciri khas tersendiri. Di jalur yang telah kamu pilih," jelasku menepuk pelan pundakmu dalam mimpi.

Kamu terbangun dan mulai merajut impian yang sempat tersendat. Aku tersenyum menanti keberkahan yang hadir dalam proses yang kamu lakukan, wahai diriku.

Bumi Allah, 15 Oktober 2020 


#15dayswritingchallenge #menulisbebassantuy #tantanganmenulis #day1MBSbatch1 #mufmunmuh #senandika #pictbygoogle #pictbyunsplash

Rabu, 11 November 2020

Promo Novemberia

 Assalamualaikum..


Bismillah,


Selamat pagiiii.. Mari memulai semangat untuk mengawali hari! 💪🏻


Hari ini, kita resmi buka PROMO NOVEMBERIA yaa.. 🤗


Tapi sebelumnya, mau mimin share infonya dulu yaa..


Kapan Promo Novemberia diadakan?

Tanggal 12-26 November 2020


Buku apa saja yang masuk Promo Novemberia?


1. PAKET BEST SELLER

Jackpot Rezeki + Melawan Kemustahilan

Harga normal = 337.000

Harga promo = 202.200 (Diskon 40%)


2. PAKET ASMA NADIA I

Bidadari Untuk Dewa + Sehidup Sesurga Denganmu

Harga normal = 206.000

Harga promo = 144.200 (Diskon 30%)


3. PAKET ASMA NADIA II

Catatan Hati Penganti + Catatan Hati Seorang Gadis

Harga normal = 181.000 

Harga promo = 126.700 (Diskon 30%)


4. PAKET COUPLEPRENEUR

Denotator Kebaikan + Sebuah Catatan

Harga normal = 232.000

Harga promo = 139.200 (Diskon 40%)


5. PAKET TENDI MURTI

Ikuti Saja Mau-Nya + Legacy

Harga normal = 218.900

Harga promo = 153.230 (Diskon 30%)


6. PAKET REZEKI

Hijrah Rezeki + Setiap Hari Ada Rezeki Baru Untukmu

Harga normal = 233.000

Harga promo = 163.100 (Diskon 30%)


Jadwal Pengiriman Promo Novemberia

* Khusus Paket Rezeki dan Paket Asma Nadia II

3 Desember 2020


Promonya sudah ready yaa, silakan diorder sebanyak-banyaknya! 🎉












Selasa, 10 November 2020

Puisi - Berpulang

BERPULANG

Oleh: M3

Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Waktu tak dapat ditebak pasti. Berikrar peringatan sudah sekian rentang menanti. Mungkin kemarin, sekarang, atau kelak. Ufuk mulai terbit guna menyapa. Sekarang, kaki jarang kembali ke sana. Menatap ruang yang kini tak sama lagi. Perbincangan jadi terhenti.

Sentuhannya tak terasa. Senyumnya pudar. Kalbu? Cuma bergeming menatap hantaman yang menyesakkan. Terbujur kaku di sebelah ruang. Memandang dari lautan dalam aksa. Ia tak akan kembali. Kelekatan tidak akan sama lagi. Hening pun mulai melingkupi. Kosong menyisip.

Doa adalah penjabaran. Dan rindu bersiap menyambut di gerbang utama. Pada detik yang begitu panjang. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Tepi perjalanan saat ini bagaikan sepi. Entah kapan, tunggulah jiwa ini pasti ikut hadir. Menyusul. 


© 2020, 11 November | M3

Terinspirasi dari An Nisa : 78

Senin, 09 November 2020

Puisi - Memalarkan

MEMALARKAN

Oleh: M3


Tutur belum pandai bercakap bila bertatap muka denganmu

Hatiku ingin, tetapi bungkam & terus bungkam

Bersikap padamu membuatku bingung


Mungkin perbincangan kita kurang berbobot

Tetapi aku cukup senang, bila kita bercengkerama tanpa membahas permasalahan cacat logika

Menjurus sana-sini, sedangkan aku tidak paham dan, jujur, tak dapat menerimanya


Aku ingin meraihmu setulus hatiku

Ingin jatuh cinta tanpa murka

Berhari-hari menjalani kedekatan

Namun, ada sesuatu yang belum aku mengerti


Beribu pinta maaf secuil pun tak akan pernah cukup tegas, untuk menukar goresan, yang telah memekakkan pendengaran dan meruntuhkan kalbu


Tiap kuingat betapa buruk rupanya diriku

Tak pantas aku bersanding dan menggandengmu

Faktanya, harapanku untukmu tak pernah berubah

Sayang, aku selalu dinamis bagai kehilangan arah


Terombang-ambing bersama lautan pesimisme

Merasa kotor, menjijikkan, dan... Pembawa sial bagimu


Aku ingin mencintaimu semurni kasihmu padaku

Tiada yang lebih kuinginkan dibanding kemurnian dirimu

Entah mengapa kabut itu mulai mengelilingiku

Bersama delusi dan kerangkeng panas yang menjebakku seolah selamanya


Aku ingin bersamamu, wahai cintaku

Meskipun bahasa tubuh beserta suaraku, tak semurni lekatan cinta di ujung relung


Berjuta penafsiran disilakan 

© 2020, 08 November | M3