Selasa, 23 Maret 2021

Resensi MYH

Master Your Habits
Peresensi: M3

Ini nih, buku satu lagi yang mindset-able, MasyaaAllah. Isinya tuh boof, cetar bikin melek pada kehidupan yang selama ini, ck. That's the point. ⚠️ Ternyata emang semua tuh karena Habits, kebiasaan kita. Termasuk keberuntungan. Nah lho. Makin mikir kan? 😂 Yuk, sebelum menjelajah, kita ta'aruf dulu ama bukunya. Ehe. 

Terdapat 184 halaman. Cetakan ke-1, Maret 2013. Cetakan ke-12, Juni 2020. Harganya 69ribu. Penerbit Al-Fatih Press. 

Terdiri dari:

1. Prologue
2. Great Them! 'The Inspirator' 
3. Everything are Habits! 
4. The Nature of Habits: Automatically! 
5. Why Habits?! 
6. I'm Habits 
7. Genealogy of Habits
8. Spiral of Habits
9. Installing Habits 
10. Why? What? How? 
11. How Many Days? 
12. Good News! Thinking is not needed 
13. Conditioning Habits 
14. Forming Habits is like creating roads 
15. First is Hardest
16. From Lame to Fame
17. Teach Habits and Habits will serve you! 
18. Luck is a part of Habits 
19. Let's Make Habits 
20. To Be an Expert
21. The Rules of 10.000 hours 
22. Tips & Trik Renang: Udang Hidup
23. Pola Fibonacci dan Habits 
24. Differentiation in Da'wah
25. The Outliers & Out of Orders
26. Breaking The Circle
27. No Pain No Gain
28. Re-defining "Impossible" 
29. Afterdoing Service 
30. Take Action
31. Unreasonable Fear
32. Move-move and Move
33. Visionary
34. The End is Better than Beginning 
35. Just Kill the Excuses 
36. Excuses are Extremely-Very Dangerous 
37. Devil's Temptation 
38. Epilogue: Nak atau tak nak?! 

Di mana semuanya ini menjelaskan bahwa kebiasaan-lah yang dapat menjadi tindakan berkemajuan (progressive). 🎆 Coba lihat pesulap. Kita semua sepakat kalo itu cuma trik kan? Jika saja kita tau bagaimana caranya, maka respon kita "halah gitu doang". Padahal di balik sebuah pertunjukan, ada ribuan kali latihan dan pengulangan, sehingga lahirlah kebiasaan. 

Itulah yang dapat menghadirkan kesempatan atau keberuntungan. Karena biasanya, kejadian itu berpola. Pun demikian dengan keahlian. Makin baik kemampuan seseorang, berarti makin sering latihan dan pengulangan dijalaninya. Akhirnya luar biasa jadi sudah biasa, ya, karena emang udah biasa. 🌠

Pas baca langsung speechless dan "O iya ya, bener juga, faktanya emang gitu sih" sambil terperangah. Awalnya mulai baca buku MYH sebenarnya ngulang terus-terusan di halaman ketiga. Soalnya nggak colour full, ☹️ cuma monochrome gitu warnanya. Cepet bikin bosen pas baca. Karena ternyata isinya bagus, ya udah lanjut baca dalam waktu dua hari doang. Hehehe. 🤭

Yang biasanya pesimis dibahas juga nih di sini. Pola pikir nggak bisa bikin ngaruh ke tindakan. Ya ini yang bikin wes angel wes, angel. 😌 Banyak alasan sebagai pemakluman enggan bertindak. Hadeh. Kaum rebahan nanti jatuhnya ya bakal rebahan melulu dan banyak sambat. Dikit-dikit ruwet. Kecuali kalo dibuat hal yang bermanfaat. Menulis misalnya. 

Sampe inget kata penulis Nanda yang intinya selamat pagi orang-orang yang punya banyak mimpi, tapi gak mau mengusahakannya. Langsung, hmmmm, tertohok. Emang betul sih. Kita biasa mikir ruwet, ya otomatis kalo dikasih sedang dianggep rumit banged dah. 🙄 Seakan kalo ada yang sulit kenapa pilih yang mudah? Hareudang2. 

Intinya tuh, paling inget pembahasan yang relate ama kehidupan. 🌳 Tentang beruntungnya seseorang bisa dihadirkan, bertemu, atau diberi kesempatan. Bukan tanpa faktor. Pendukungnya adalah kebiasaan. Makin sering mengulang samting, kita bakalan diarahkan Allah ke samting itu. ⭐

Contoh, M3 dulu belajar public speaking otodidak. Padahal awalnya jedag-jedug gak karuan. Gemetar di hadapan banyak orang. Takut ditertawakan. Pokoknya banyak kecemasan deh. Namun, M3 terus memberanikan diri latihan, ulangi, latihan, ulangi, sampai ngomong ke orang jadi kebiasaan. 😍 Dan voila, MasyaaAllah tabarakaAllah, sampe di titik mengisi webinar bersama orang luar biasa. Mahasuci Allah Pencipta Alam Semesta. 

Sebenarnya bukunya bagus banget. Hanya saja karena warna monochrome, font materinya mati. Soalnya kan ada gambar di atas atau di bawah. Nah itu warnanya sama. Bisa dibaca sih, tapi nggak nyaman. Just it. 😗

Pokoknya moodboster banget deh buat muhasabah diri. 😋 Yang sambat-sambat club bisa banget baca buku ini. Apalagi yang pengen bangun habits baik. 🤩 Soalnya kita juga bisa mengaktifkan habits buruk. Naudzubillah. 😔 Bahasanya ringan kok. 😉 Tenang aja. Dari remaja sampai lanjut usia sangat cucok endes baca buku tersebut. Termasuk yang zuper sibook. Pastinya yang ingin hijrah (memperbaiki diri 'tuk mendekat kepada Allah).

Ini perkara mau atau nggak aja. 😊 Jadi, selagi mau, pasti bisa. Semoga Allah melancarkan dan menguatkan, ya. Pelan tapi pasti bisa terbiasa. Paksa - Bisa - Terbiasa.

Salam juang dan bertumbuh, M3. 🌱

Senin, 22 Maret 2021

Cermin - Memeluk Sekali Lagi

Memeluk Sekali Lagi
Oleh: M3

Gambar dari Unsplash 

Lagi-lagi aku melakukan hal yang sama. Duduk di kursi panjang depan rumah susun. Menyalakan ponsel menunggu jawaban. Berulang penjelasan kucoba paparkan. Sayang sekali. Aku pun beringsut dari kursi yang aku duduki. Tersenyum masam menanti ketidakpastian. Namun, saat aku akan kembali pulang, panggilan itu menyebut namaku.

"Farhan!"

Berbalik, aku langsung berjalan cepat menghampiri. Mataku berkaca-kaca tak percaya. Diriku menghambur memelukmu. Aroma tubuh yang ternyata kini telah asing. Membawa segenap para perasaan. Meluber dalam satu tangisan yang menyesakkan dada.

"Rindu sekali!" ujarku rapat-rapat merengkuh sekali lagi. 

"Farhan! Farhan, sadarlah. Mama sudah meninggalkan kita 15 tahun yang lalu. Ini hanya jaketnya yang tertinggal saat mengunjungi kita lima tahun yang lalu," kata Kak Lulu mengguncang bahuku sedikit keras.

Ternyata aku hanya melihat sebagian dari dirinya. Mungkin jarak yang tercipta inilah yang terbaik untukku dan Mama. Keluarga baru sangat membutuhkannya. Walaupun dulu aku enggan menemui Mama, setidaknya saat ini aku rela memeluknya sekali lagi.

"Kau sudah berusaha, Farhan. Pasrahkan saja. Kemarikan jaket itu. Ini yang terbaik untuk kita, Dek."

Kak Lulu membawa sebagian dari diri Mama. Entah bagaimana kabarnya. Di bawah langit yang makin dingin, aku hanya mengingat saat ia menggandengku mengelilingi taman. Ada Papa yang menggandeng Kak Lulu. Kembali selepas membeli eskrim. 

Kami saling melempar raut senang kala itu. Sudut bibir terangkat. Mata menyipit. Tawa terdengar sangat riang. Hingga akhirnya retak pula rumah yang kuanggap sebagai tempat berpulang. Papa pun bersama keluarga barunya. Meninggalkan kami tanpa kata perpisahan. Mama menyusul dua tahun kemudian dengan ucapan selamat tinggal yang menusuk sanubari. 

"Setiap manusia punya perannya masing-masing. Coba kalau tidak begini, mungkin kita nggak akan sekuat ini. Adakalanya setelah dipisahkan, Allah menghadirkan orang lain untuk mengisi wadah yang kosong," tambah Kakak menggandengku ke ambang jalan. 

Aku cuma menyunggingkan sudut bibir sebelah kiri. Menghela napas berat. Memasukkan tangan kanan Kak Lulu ke saku agar hangat. 

"Kakak minta maaf, ya. Kerinduanmu sangat normal. Tak apa bila menangis. Teruskan. Kakak tak akan mengejek dan membuatmu menahan emosi lagi. Terima kasih sudah menjadi adik yang baik dan kuat."

Langkah kami berhenti. Kak Lulu langsung memelukku. Tubuhku gemetar. Di bawah langit yang mulai menggelap, aku memeluknya cukup lama. Kami hidup di antara. Tidak terlihat karena berada di tengah jalan sempit yang memisahkan dua rumah yang berbeda.

Sekali lagi aku memeluk jaket Mama yang didekap Kak Lulu. Bagaimanapun juga Mama telah mengandung dan merawat kami dengan susah payah. Papa pun demikian yang berupaya keras mencari nafkah dan sempat memprioritaskan kami. Walaupun rumah itu telah tiada. 

Ah, langit. Hari ini senada sekali. Gerimis turum bersama buliran yang selama ini terpendam. 

"Farhan menyayangi Kakak. Hidup itu ternyata seperti ini, ya. Kini kita benar-benar terpisah setelah Kakak menikah."

Entah kenapa respon tubuhku langsung menggenggam gamis Kakak dengan sangat kuat. Pandanganku buram. Saat mengedipkan mata, basah mulai menyebar. Di situlah aku mulai menjerit di bahunya, di pelukannya. Dulu tangisan yang sempat dilarang olehnya, sekarang boleh dikeluarkan.

Papa, Mama, Farhan sangat rindu. Tidakkah kalian ingin melihat betul sebesar apa Kak Lulu dan Farhan tumbuh sekarang ini? Setidaknya jaket Mama yang ada di antara kami ini dapat menyampaikan pelukan kami sekali lagi. 

Gambar dari Google

Papa, Mama, Farhan ingin bilang terima kasih telah mendidik Kak Lulu begitu kuat dan sabar ketika merawat Farhan. Terima kasih telah melahirkan dan menerima Farhan. Terima kasih membantu Kakak menjadi gadis yang pantas bersanding dengan lelaki terbaik pilihan-Nya. 

Padahal kami menunggu pelukan itu saat akad Kak Lulu. Sayangnya, hanya diwakilkan saudara kalian. Genggaman pada gamis Kakak kian erat. Seusai itu Kakak menghampiri suaminya, kami pun saling melambai. Berpisah. Lagi. Kini. Benar-benar. Sendiri, ya?

Setiap kedatangan dan kebersamaan pasti ada perpisahan. Entah itu ditinggalkan atau bahkan meninggalkan. Hidup itu berputar, ya? Semua akan ada fokusnya masing-masing. Jadi, untuk apa menyesali yang telah lalu? Toh, semua memang sudah waktunya. Saling mengukir kisah di lembar yang terbuka. 

"Aku akan sangat merindukanmu, Kak. Sama sebesar rinduku pada Mama dan Papa," bisikku melihat mobil yang mulai menjauh. 

***

Maret 2021

Minggu, 14 Maret 2021

Resensi - PMI

📕 Judul buku: Syakhshiyah Almuslimah (Pribadi Muslimah Ideal) 
✍🏻 Penulis: Muhammad Ali Al-Hasyimi
📝 Penerjemah: Amir Hamzah, Lc. 
🖨️ Penerbit: Al-I'tishom
🗓️ Tahun terbit: September 2020
📚 Dimensi buku: 553 hlm. ; 24 halaman

Baiklah, inilah salah satu buku yang recommended untuk para muslimah di seluruh dunia. Ya, mau gimana lagi? Emang sebagus itu pembahasannya. ❤️ Ada self love-nya juga, ih. 😃

Apa aja sih yang dijelasin di dalemnya? Terdiri dari 12 Bab yang semuanya memiliki subbab, kecuali penutup 😅: 

- Wanita Muslimah bersama Tuhannya
- Komitmen Memakai Busana Muslimah
- Wanita Muslimah bersama Dirinya

- Wanita Muslimah bersama Kedua Orang Tuanya
- Wanita Muslimah bersama Suaminya
- Wanita Muslimah beserta Anak-anaknya

- Wanita Muslimah beserta Menantu Perempuan dan Laki-lakinya
- Wanita Muslimah bersama Kerabat dan Sanak Familinya
- Wanita Muslimah bersama Tetangganya

- Wanita Muslimah beserta Saudari dan Teman-temannya
- Wanita Muslimah beserta Masyarakatnya
- Penutup

Pada judulnya saja kita pasti paham buku tersebut ngomongin apa. Yap, kepribadian (syakhshiyah) muslimah yang ideal itu seperti apa sih? 🤔 Karena kita, sedikit banyak tahu, bahwa wanita mudah sekali masuk surga. Akan tetapi, mayoritas di neraka. 😭

👀 Kalau mau membaca (telaah) lebih dalam, kita pasti menemukan atau bahkan melakukan penyimpangan seperti kebanyakan muslimah sekarang. Sedih bukan, kalau tonggak peradaban ini mudah rapuh? 😢 

Jadi, buku tersebut merangkum maunya Allah dan Nabi Muhammad terhadap kaum wanita muslim. Di mana seluruh jajaran aturannya itu untuk menjaga dan memuliakan kita sebagai hamba dan pengikut. Melted. 😍MasyaaAllah. SubhanaAllah. Sayang banget lho Allah ama kita. Masa kita terus-menerus gak peka atau malah bodoh amat? 😱😭

Bukunya ringan dibaca kok, walaupun ada beberapa penjelasan sempat bikin bingung. Soalnya maksudnya kadang terpahami tidak kontekstual. 😅 Beberapa juga ada yang kiasan disertai penjabaran. Jadi, paham. Ya, namanya juga keterbatasan ilmu diri ini dalam memaknai hadits, hihi. 😌 

Kalau masalah yang ada di dalam buku itu semuanya relate ama kehidupan. Gimana nggak, tiap curhat atau berita yang mampir itu sama semua dengan yang dibahas oleh PMI ini. Salah satu contohnya, gencar banget, ya, istilah 'musimnya pelakor' di abad 21 ini. 

Di dalam buku dijelaskan bahwa tercela bila ada wanita yang mengusik rumah tangga muslimah lainnya. Akan tetapi, kita juga harus tabayyun (klasifikasi) faktanya dan tidak menyebarkan aibnya (nanti malah aib kita disebar lho sama Allah gegara hal tersebut, kan kewajiban kita itu merahasiakan aib sodara seiman). 😢

Garis besarnya, kita sebagai umat muslim, mestinya aware bahwa Allah itu Mahakuasa atas segala sesuatu. Kita itu diminta berpikir. Demi kebaikan dan kemuliaan kita. Lah dalah kok kita kadang bebal. 😭 Egoisnya masih tinggi, niatnya terkontaminasi, dan sentralnya mesti ada pada diri sendiri. Permasalahan diri memang berat. Namun, lebih bahaya kalo permasalahan umat justru terbengkalai dari atensi kita. 💔

Toh, jika masih banyak orang jahat ke kita, kita mesti membalasnya dengan kebaikan. 🌾 Karena itu yang akan berbuah pahala dan kebaikan di sisi Allah swt. Lah kalau sama, berarti kita juga kayak mereka dong? 😫 Yuk, makin peduli ama umat. 

😍 Pokoknya suka banget deh sama buku Pribadi Muslimah Ideal. Soalnya mencakup bagaimana wanita muslimah harusnya bersifat dan bersikap. Penuh muhasabah diri di dalamnya, secara penulis adalah perempuan pula. Bahasa yang dipaparkan juga ngena di hati, tapi tidak menyakiti. 😁 

Muslimah harus sabar, penuh kelembutan, penuh perhatian, birrul walidain, berbakti pada suami, suka memaafkan, tidak boros, tidak ujub (berbangga diri), tidak menyakiti tetangga, tidak sombong, dermawan, mau berdakwah, memenuhi hak orang lain, suka menyambung silaturahmi, serta berbagai kepribadian ideal lainnya. Intinya sih berbuat yang ihsan (terbaik) karena Allah.

Untuk cetakannya sedikit kurang suka soalnya ada bagian yang lemnya kurang baik merekat. Terus beberapa hadits juga ada yang kurang penjelasannya. Namun, alhamdulillah, tidak banyak dan sebagian besar mudah dipahami. 😇

Buku ini cocok banget bagi seluruh muslimah dari aqil baligh hingga sepuh. Bisa juga bagi yang baru berhijrah, mantap nian. Pokoknya untuk seluruh wanita (baik muslimah/nonis) bisa, ☺️ yang ingin mengkaji indahnya kepribadian muslimah ideal. Karena sesungguhnya banyak dari wanita Barat yang iri dengan segala kasih sayang Allah kepada muslimah. 🥰


Salam juang dan bertumbuh, M M Muhamad. 🌱

Senin, 01 Maret 2021

Ringkasan Ngeslow - WSWS

Materi 1 - WHY SHOULD WE START? 

Ahad, 21 Februari 2021

Antara WHAT, WHO, WHY, WHEN, WHERE, dan HOW, mana yang paling besar skala prioritasnya? WHY. Apabila kita tidak mengerti alasan mengapa kita melakukan suatu hal, yang terjadi adalah malas, tak bergairah, dan berpikir buat apa coba?

Sekarang coba jawab pertanyaan ini di kertas masing-masing. 

Pertanyaan paling mendasar, yang biasa disebut Uqdatul Qubro (simpul besar). Aku ini dari mana? Untuk apa aku hidup? Ke mana aku setelah kehidupan di dunia ini berakhir? Dan pertanyaan lainnya tentang penciptaan. 

Ada sebuah ilustrasi. Katakanlah kita dari Indonesia tiba-tiba berada di sebuah negara asing, Malaysia. Terdapat 2 kemungkinan. 

A. Usaha balik ke Indonesia, tempat kita berasal. Walaupun penuh perjuangan dengan bekerjakeras cari uang biar dapat rumah singgah, makan, dll sampai akhirnya bisa beli tiket pesawat kembali pulang. 

B. Tak peduli asing, kita menikmatinya, berleha-leha / santai, dan enggan mencari jalan pulang. Karena nggak ingin balik. 

Padahal kita itu mampu. Dibekali fisik (hardware otak, jantung, otot, dsb) yang sehat dan akal (software) yang berpotensi takwa, tetapi malah sering disalahgunakan nikmat tersebut. 

Mari kita menahan perasaan agar bisa berpikir sebelum bertindak. Suatu hal bisa terjadi, disebabkan adanya informasi yang masuk.

Terkait aqliyah, yaitu 'aql, pemikiran akan berfungsi tatkala ada informasi masuk melalui panca indera. Dari situlah keyakinan, persepsi, perspektif, dan prasangka itu muncul. 

Coba kita tengok ke seorang Ibu atau Ayah terhadap anaknya. Sebagian besar sangat mengkhawatirkan tentang kesehatan fisik anaknya. Menjadikan selalu was-was anaknya tidak boleh jajan sembarang. Padahal diare hanya beberapa hari. Namun, tidak banyak yang memedulikan tontonan atau informasi yang akan memengaruhi psikis, ruhaniyah, atau batin seorang anak. 

Bahaya informasi yang salah, luput dari awas-an orang tua, baik isi maupun iklan yang ditawarkan gadget, tak bisa efektif & efisien memilih usia manusia mana yang menonton atau membaca para informasi yang disajikan. Barangkali di situ banyak sekali disisipkan konten berbau pornografi, LGBT, judi, kesyirikan, & maksiat lainnya. 

Hal tersebut bisa saja dinotifikasi dalam bentuk yang halus. Tahu-tahu anak jadi jauh dari ortu, jauh dari agama, egoisnya lebih tinggi daripada biasanya, dan berbelok mindset-nya. Naudzubillah min dzalik. Dari mana lagi kalau bukan dari informasi yang masuk melalui panca indera mereka? 

Kalau beberapa dari kita pernah menonton The Social Dilemma, mungkin tidak asing tentang fakta 'bahwa kita ini adalah produk' sosial media. Pembelinya adalah iklan. Contohnya youtuber A membuat konten untuk menarik perhatian kita supaya menonton. Makin banyak dari kita yang ter-notice, maka makin bejibun iklan yang mampir ke mereka. Why? Ya karena kita produknya. Iklan membayar youtuber A. 

Sampai sini paham? Kalau belum, silakan bertanya dikolom komentar. 

Pernah tidak, sih, kita berpikiran perihal kenapa informasi bobrok itu viral? Padahal konten mereka nggak ada manfaat bahkan banyak yang mengandung ke-mudhorot-an. Entah menyakiti hati bahkan membahayakan nyawa. Mengapa? Ya karena kitalah yang memviralkan dengan menontonnya. Penasaran tinggi sih bagus, kalau, kalau, diaplikasikan ke dalam ranah yang baik & benar. Bukan ke hal yang sia-sia. 


Arab-Latin: A ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāh, a fa anta takụnu 'alaihi wakīlā 

Terjemah Arti: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,

Arab-Latin: Am taḥsabu anna akṡarahum yasma'ụna au ya'qilụn, in hum illā kal-an'āmi bal hum aḍallu sabīlā 

Terjemah Arti: Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).


Terus juga, 

"Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, maka Allah akan faqihkan ia dalam agama." (Muttafaq 'alaihi). 

لاخوف عليهم ولاهم يحزنون

Laa khoufun 'alaihim walaahum yahzanuun 

Tomorrow is today

Today is Yesterday

Maknanya, besok itu adalah kita hari ini, sedangkan hari ini adalah kita di masa lalu. Masa depan terbentuk dari pilihan kita saat ini. Masa sekarang pun adalah pilihan kita dari masa kemarin. Makanya, Allah berfirman dalam QS. Al-Ashr : 1-3. Surah tersebut sedikit, lugas, dan jelas menegaskan bahwa waktu kita itu sedikit. Nggak banyak. Jadi, buat apa kita berleha-leha? Toh sebentar lagi kita juga akan menuju liang lahat. Apa yang akan kita bawa nanti?