Sabtu, 25 Juli 2020

Kenapa, Mengapa, Kok Gitu Sih? (Nonfiksi)



Teruntuk kita, mari membaca ini pelan-pelan. Direnungkan, diolah, lalu dihubungkan. Setelah itu ditelaah. Semoga Allah mendatangkan hidayah bagi kita demi hijrah mencapai keistiqamahan. 

Terkadang, bahkan sering pertanyaan "kenapa dan mengapa" atau "kok gitu?" masuk dipikiran saat melihat, mendengar juga melihat situasi di luar sana. Untuk seluruh sudut pandang. Seringkali hati ini berkomentar tentang orang lain. Beruntung yang masih di balik batin, tak keluar melalui jempol yang mengetik atau mulut yang berucap. Akan tetapi, tetap rugi bila berprasangka buruk.

Kita sering lupa menempatkan posisi kita seperti orang lain. Lalu mengagungkan butuh dimengerti. Dasar diri, manusia rapuh dan lemah ini semoga terdorong untuk bermuhasabah lebih banyak lagi. Kemudian menggenggam erat perubahan baik.

Perlu kita telaah. Beberapa kejadian yang ada di dunia. Barangkali itu yang kita sangkakan selama ini. Toh setiap manusia yang percaya adanya Pencipta Semesta akan berpikir, baru berbicara dalam bungkam (membatin) dan voila! ada yang terkabul. Atau mungkin terkabul semuanya?

- Nikmat Ilahmu yang manakah yang kau dustakan? 55:13
- Jika kita bersyukur akan nikmatNya, maka akan Allah tambahkan nikmat itu. 14:7
- Allah sesuai prasangka hamba-Nya (muttafaqun 'alaih) 

Namun, apa yang terkabul, justru kita abaikan. Acuh tak acuh bahkan meremehkan atau malah... Menghina? Naudzubillah. Mari mencurigai diri sendiri.

Barangkali seseorang yang tadinya ingin baik. Lalu kita sangkakan "sebagai tipuan", kemudian terbukti kembali pada kegelapan, adalah hasil dari prasangka kita. Jangan terburu menghujat. Coba raba diri. Barangkali kalimat buruk, sangkaan jelek kita yang menjadi terkabulnya suatu suudzon.

Wahai diri, tetaplah husnudzon. Apa pun yang terjadi jangan sampai suudzon yang menyelinap di antara hatimu. Wahai diri, bersabarlah, tahan diri agar tidak meneruskan pikiran-pikiran yang jelek. Sebab dari husnudzon bisa jadi suudzon. Jatuhnya bukan kebaikan malah mendatangkan keburukan.

Lebih baik tidak perlu berprasangka, karena tidak semua "kenapa dan mengapa" atau "kok gitu sih" perlu dijawab. Mari mencurigai diri sendiri. Jangan menuntut orang lain, kalau tidak mau menuntut diri sendiri. 

Untukku... Renungilah ini... 

Bumi Allah, 25 Juli 2020
Penulis: M3

0 komentar:

Posting Komentar