Sabtu, 11 September 2021

Tentang Kebiasaan oleh M3

 

Tentang Kebiasaan
Penulis: M3

gambar dari unsplash by jana sabeth

Beberapa dari kita pasti sering mendengar orang berbicara terkait kehidupan orang lain. Seperti, “Beruntung banget, ya. Pantesan aja jadi pemateri, kan dia jago ngomong depan orang.”

Adapula komentar serupa, “Aku mau deh kayak dia. Bisa beli ini dan itu. Kan dia kaya jadi mudah dapetin yang dibutuhkan dan dimau.”

“Wah hebat banget dia bisa menjatuhkan lawan. Nggak heran, sih. Kan dia jago bela diri,” celetuk yang lain.

Ternyata semua itu bukan hanya karena keberuntungan semata. Namun, dari kebiasaan yang dipupuk sejak awal. Coba bayangkan, ketika seorang pendiam dan suka bermain rubik, tiba-tiba jadi pembicara kepenulisan. Padahal dia sama sekali tidak pernah berkarya lewat tulisan, apalagi berbicara di publik. Aneh bukan? Not make sense.

Beda halnya dengan seorang anak yang sedari kecil sudah belajar nulis dan ngomong di depan orang banyak. Kemudian, saat usianya mencapai kepala dua, ia diundang menjadi salah satu pemateri dalam seminar kepenulisan. Beruntung bukan dapat kesempatan semacam itu? Hal tersebut make sense.

Penjelasan lengkapnya dapat dibaca di buku Ustadz Felix berjudul How to Master Your Habits, ya. Kalau mau baca resensinya bisa klik di sini.

Ideas are free but action is priceless.

Halaman 135 dalam buku How to Master Your Habits

Ya bagaimana tidak? Percuma niat, diomongin, eh tapi kok nggak dilakuin. Omong doang dong? Kayak janjinya yang hampir nggak pernah ditepati. Lho kok? Okay, balik fokus. Intinya sih kita semua punya habit yang akan mengantarkan kepada keberuntungan atau kebuntungan. Tinggal mau pilih yang mana gitu aja.

Terus apa pentingnya sih memerhatikan habits? Well, kebiasaan sendiri adalah yang membentuk kepribadian kita. Misalkan, kita suka ngaret pas janjian, maka akan terbentuk sebuah identitas kalau kita adalah orang yang nggak disiplin, nggak menghargai waktu. Ah, tapi M3 yakin Pemirsa adalah orang yang menghargai waktu dan selalu menepati janji. Aamiin.

Dan lagi, kita bakalan meninggal sesuai dengan kebiasaan yang kita lakukan semasa di dunia. Coba deh kita mundur beberapa langkah dan mengingat beberapa cara orang ditemukan meninggal. Ada yang meninggal di masjid saat sujud. Ada juga yang meninggal ketika bersetubuh dengan orang yang bukan pasangannya, naudzubillah.

Bukankah kita menginginkan akhir yang baik? Ya, itulah pentingnya membangun habits positif. Namun, sekarang masalahnya bagaimana cara efektif membangun kebiasaan yang baik?

Singkatnya sih, PAKSA – BISA – TERBIASA. Tentu saja ada materi terkait hal ini. Memaksa melakukan sebuah kebiasaan ini diawali dengan memulai membangun habits dengan membuat perencanaan. “Nggak biasa bikin rencana nih. Biasanya ngalir gitu. Jalan aja kok aktivitasnya.”

Haha, sayang sekali itu mindset yang salah. Kata dosen psikologi industri dan organisasi M3 di kampus, “Yang direncanakan saja bisa gagal. Apalagi yang nggak direncanakan.”

Benar. Selama ini kita seolah sok jago melakukan sesuatu secara impulsif (bersifat spontan). Seakan tidak perlu disiapkan pasti jalan-jalan saja kok. Nanti juga terbentuk sendiri. Walah-walah, itu sih sama aja dengan datang ke sebuah tempat dengan niat membantu, tanpa program kerja, terus di tempat tersebut bilang nggak butuh bantuan.

Akhirnya di sana kita cuma kowah kowoh alias nggak ngelakuin apa-apa. Kira-kira begitu analogi memulai kebiasaan tanpa perencanaan, apalagi niat. Hancur sudah sejak belum dimulai. Lantas sekarang bagaimana? Adakah cara mempersiapkannya? Tentu saja ada.

Pertama, mulai dari yang kecil. Kedua, temukan tempat atau waktu sebagai penanda habit dilakukan. Ketiga, berlatih secara konsisten. Selengkapnya ada di buku How to Master Your Habits, ya. Cara lain ada nggak? Ada dong. Selain berpraktik, kita juga harus tahu ilmunya agar semakin mantap dalam melangkah ke depan. Eh, maksudnya memulai kebiasaan, hehe.

1.    Kita kudu menelaah mengapa gagal membentuk habits.

2.     Seperti apa sih lingkaran habit itu?

3.     Menyiapkan diri dengan proposal kebiasaan.

4.     Mulai hari ini, mari menjadi identitas yang kita inginkan.

5.     Pentingkan urusan habits (menjadikannya prioritas atas).

6.  Memastikan terdapat kebahagiaan yang dirasakan saat melakukan kebiasan kita.

7.     Terdapat formula bila lingkaran habit gagal.

8.     Menepi untuk sejenak menurunkan target kebiasaan.

9.     Mempertanyakan kembali why factor membangun habits yang kita pilih?

10. Dari memulai kebiasaan menuju menjaga kebiasaan. Di bagian menjaga juga ada ilmunya, lalu beralih ke tingkat mengabadikan kalau sudah lulus dari kedua fase sebelumnya. Di mana semuanya berkat Allah serta dukungan melalui perantara Coach Adji sebagai pembimbing, Kak Rahmah yang pernah membagikan info komunitas habit, Kak Annisa dan Kak Husna sebagai fasilitator, dan seluruh teman-teman yang ada di grup sejak dari memulai, menjaga, sampai mengabadikan kebiasaan.

Rasanya tidak sendiri lagi ketika membangun habit ini. Namanya juga manusia sebagai makhluk sosial. Biasanya cari teman sebagai penguat, hehe. Bersyukur banget dapat kesempatan belajar di grup tersebut. M3 didorong untuk melaksanakan habit dengan laporan, refleksid diri, bahkan sampai sharing. Intinya sih teori, praktik, teori, praktik. Ya iya lah masa nggak?

Nah, bagi pemirsa yang mau ilmu selengkapnya bisa banget nih bila berkenan gabung ke komunitas habit yang diusung Coach Adji. Bisa dengan pantengin Instagram beliau atau menghubungi langsung. Salam juang dalam berproses, M3.

gambar dari unsplash by crystal jo
barangkali ada krisar (kritik dan saran) boleh banget lho disampaikan ke M3 lewat kolom komentar blogspot ini, WA, IG, atau medsos M3 lainnya. Terima kasih sudah membaca.