Tentang
Kebiasaan
Penulis: M3
Beberapa dari kita pasti sering mendengar orang berbicara terkait
kehidupan orang lain. Seperti, “Beruntung banget, ya. Pantesan aja jadi
pemateri, kan dia jago ngomong depan orang.”
Adapula komentar serupa, “Aku mau deh kayak dia. Bisa beli ini dan itu. Kan
dia kaya jadi mudah dapetin yang dibutuhkan dan dimau.”
“Wah hebat banget dia bisa menjatuhkan lawan. Nggak heran, sih. Kan dia
jago bela diri,” celetuk yang lain.
Ternyata semua itu bukan hanya karena keberuntungan semata. Namun, dari
kebiasaan yang dipupuk sejak awal. Coba bayangkan, ketika seorang pendiam dan
suka bermain rubik, tiba-tiba jadi pembicara kepenulisan. Padahal dia sama
sekali tidak pernah berkarya lewat tulisan, apalagi berbicara di publik. Aneh bukan?
Not make sense.
Beda halnya dengan seorang anak yang sedari kecil sudah belajar nulis
dan ngomong di depan orang banyak. Kemudian, saat usianya mencapai kepala dua,
ia diundang menjadi salah satu pemateri dalam seminar kepenulisan. Beruntung bukan
dapat kesempatan semacam itu? Hal tersebut make sense.
Penjelasan lengkapnya dapat dibaca di buku Ustadz Felix berjudul How to
Master Your Habits, ya. Kalau mau baca resensinya bisa klik di sini.
Ideas are
free but action is priceless.
Halaman 135
dalam buku How to Master Your Habits
Ya bagaimana tidak? Percuma niat, diomongin, eh tapi kok nggak dilakuin.
Omong doang dong? Kayak janjinya yang hampir nggak pernah ditepati. Lho kok? Okay,
balik fokus. Intinya sih kita semua punya habit yang akan mengantarkan kepada
keberuntungan atau kebuntungan. Tinggal mau pilih yang mana gitu aja.
Terus apa pentingnya sih memerhatikan habits? Well, kebiasaan sendiri
adalah yang membentuk kepribadian kita. Misalkan, kita suka ngaret pas janjian,
maka akan terbentuk sebuah identitas kalau kita adalah orang yang nggak
disiplin, nggak menghargai waktu. Ah, tapi M3 yakin Pemirsa adalah orang yang
menghargai waktu dan selalu menepati janji. Aamiin.
Dan lagi, kita bakalan meninggal sesuai dengan kebiasaan yang kita
lakukan semasa di dunia. Coba deh kita mundur beberapa langkah dan mengingat
beberapa cara orang ditemukan meninggal. Ada yang meninggal di masjid saat
sujud. Ada juga yang meninggal ketika bersetubuh dengan orang yang bukan
pasangannya, naudzubillah.
Bukankah kita menginginkan akhir yang baik? Ya, itulah pentingnya
membangun habits positif. Namun, sekarang masalahnya bagaimana cara efektif membangun
kebiasaan yang baik?
Singkatnya sih, PAKSA – BISA – TERBIASA. Tentu saja ada materi terkait
hal ini. Memaksa melakukan sebuah kebiasaan ini diawali dengan memulai
membangun habits dengan membuat perencanaan. “Nggak biasa bikin rencana nih. Biasanya
ngalir gitu. Jalan aja kok aktivitasnya.”
Haha, sayang sekali itu mindset yang salah. Kata dosen psikologi industri
dan organisasi M3 di kampus, “Yang direncanakan saja bisa gagal. Apalagi yang
nggak direncanakan.”
Benar. Selama ini kita seolah sok jago melakukan sesuatu secara impulsif
(bersifat spontan). Seakan tidak perlu disiapkan pasti jalan-jalan saja kok. Nanti
juga terbentuk sendiri. Walah-walah, itu sih sama aja dengan datang ke sebuah
tempat dengan niat membantu, tanpa program kerja, terus di tempat tersebut
bilang nggak butuh bantuan.
Akhirnya di sana kita cuma kowah kowoh alias nggak ngelakuin apa-apa. Kira-kira
begitu analogi memulai kebiasaan tanpa perencanaan, apalagi niat. Hancur sudah
sejak belum dimulai. Lantas sekarang bagaimana? Adakah cara mempersiapkannya? Tentu
saja ada.
Pertama, mulai dari yang kecil. Kedua, temukan tempat atau waktu sebagai
penanda habit dilakukan. Ketiga, berlatih secara konsisten. Selengkapnya ada di
buku How to Master Your Habits, ya. Cara lain ada nggak? Ada dong. Selain berpraktik,
kita juga harus tahu ilmunya agar semakin mantap dalam melangkah ke depan. Eh,
maksudnya memulai kebiasaan, hehe.
1. Kita kudu
menelaah mengapa gagal membentuk habits.
2. Seperti apa
sih lingkaran habit itu?
3. Menyiapkan diri
dengan proposal kebiasaan.
4. Mulai hari
ini, mari menjadi identitas yang kita inginkan.
5. Pentingkan urusan
habits (menjadikannya prioritas atas).
6. Memastikan terdapat
kebahagiaan yang dirasakan saat melakukan kebiasan kita.
7. Terdapat formula
bila lingkaran habit gagal.
8. Menepi untuk
sejenak menurunkan target kebiasaan.
9. Mempertanyakan
kembali why factor membangun habits yang kita pilih?
10. Dari memulai
kebiasaan menuju menjaga kebiasaan. Di bagian menjaga juga ada ilmunya, lalu
beralih ke tingkat mengabadikan kalau sudah lulus dari kedua fase sebelumnya. Di
mana semuanya berkat Allah serta dukungan melalui perantara Coach Adji sebagai
pembimbing, Kak Rahmah yang pernah membagikan info komunitas habit, Kak Annisa dan
Kak Husna sebagai fasilitator, dan seluruh teman-teman yang ada di grup sejak
dari memulai, menjaga, sampai mengabadikan kebiasaan.
Rasanya tidak sendiri lagi ketika membangun habit ini. Namanya juga manusia
sebagai makhluk sosial. Biasanya cari teman sebagai penguat, hehe. Bersyukur banget
dapat kesempatan belajar di grup tersebut. M3 didorong untuk melaksanakan habit
dengan laporan, refleksid diri, bahkan sampai sharing. Intinya sih teori,
praktik, teori, praktik. Ya iya lah masa nggak?
Nah, bagi pemirsa yang mau ilmu selengkapnya bisa banget nih bila berkenan gabung ke komunitas habit yang diusung Coach Adji. Bisa dengan pantengin Instagram beliau atau menghubungi langsung. Salam juang dalam berproses, M3.