Senin, 01 Maret 2021

Ringkasan Ngeslow - WSWS

Materi 1 - WHY SHOULD WE START? 

Ahad, 21 Februari 2021

Antara WHAT, WHO, WHY, WHEN, WHERE, dan HOW, mana yang paling besar skala prioritasnya? WHY. Apabila kita tidak mengerti alasan mengapa kita melakukan suatu hal, yang terjadi adalah malas, tak bergairah, dan berpikir buat apa coba?

Sekarang coba jawab pertanyaan ini di kertas masing-masing. 

Pertanyaan paling mendasar, yang biasa disebut Uqdatul Qubro (simpul besar). Aku ini dari mana? Untuk apa aku hidup? Ke mana aku setelah kehidupan di dunia ini berakhir? Dan pertanyaan lainnya tentang penciptaan. 

Ada sebuah ilustrasi. Katakanlah kita dari Indonesia tiba-tiba berada di sebuah negara asing, Malaysia. Terdapat 2 kemungkinan. 

A. Usaha balik ke Indonesia, tempat kita berasal. Walaupun penuh perjuangan dengan bekerjakeras cari uang biar dapat rumah singgah, makan, dll sampai akhirnya bisa beli tiket pesawat kembali pulang. 

B. Tak peduli asing, kita menikmatinya, berleha-leha / santai, dan enggan mencari jalan pulang. Karena nggak ingin balik. 

Padahal kita itu mampu. Dibekali fisik (hardware otak, jantung, otot, dsb) yang sehat dan akal (software) yang berpotensi takwa, tetapi malah sering disalahgunakan nikmat tersebut. 

Mari kita menahan perasaan agar bisa berpikir sebelum bertindak. Suatu hal bisa terjadi, disebabkan adanya informasi yang masuk.

Terkait aqliyah, yaitu 'aql, pemikiran akan berfungsi tatkala ada informasi masuk melalui panca indera. Dari situlah keyakinan, persepsi, perspektif, dan prasangka itu muncul. 

Coba kita tengok ke seorang Ibu atau Ayah terhadap anaknya. Sebagian besar sangat mengkhawatirkan tentang kesehatan fisik anaknya. Menjadikan selalu was-was anaknya tidak boleh jajan sembarang. Padahal diare hanya beberapa hari. Namun, tidak banyak yang memedulikan tontonan atau informasi yang akan memengaruhi psikis, ruhaniyah, atau batin seorang anak. 

Bahaya informasi yang salah, luput dari awas-an orang tua, baik isi maupun iklan yang ditawarkan gadget, tak bisa efektif & efisien memilih usia manusia mana yang menonton atau membaca para informasi yang disajikan. Barangkali di situ banyak sekali disisipkan konten berbau pornografi, LGBT, judi, kesyirikan, & maksiat lainnya. 

Hal tersebut bisa saja dinotifikasi dalam bentuk yang halus. Tahu-tahu anak jadi jauh dari ortu, jauh dari agama, egoisnya lebih tinggi daripada biasanya, dan berbelok mindset-nya. Naudzubillah min dzalik. Dari mana lagi kalau bukan dari informasi yang masuk melalui panca indera mereka? 

Kalau beberapa dari kita pernah menonton The Social Dilemma, mungkin tidak asing tentang fakta 'bahwa kita ini adalah produk' sosial media. Pembelinya adalah iklan. Contohnya youtuber A membuat konten untuk menarik perhatian kita supaya menonton. Makin banyak dari kita yang ter-notice, maka makin bejibun iklan yang mampir ke mereka. Why? Ya karena kita produknya. Iklan membayar youtuber A. 

Sampai sini paham? Kalau belum, silakan bertanya dikolom komentar. 

Pernah tidak, sih, kita berpikiran perihal kenapa informasi bobrok itu viral? Padahal konten mereka nggak ada manfaat bahkan banyak yang mengandung ke-mudhorot-an. Entah menyakiti hati bahkan membahayakan nyawa. Mengapa? Ya karena kitalah yang memviralkan dengan menontonnya. Penasaran tinggi sih bagus, kalau, kalau, diaplikasikan ke dalam ranah yang baik & benar. Bukan ke hal yang sia-sia. 


Arab-Latin: A ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāh, a fa anta takụnu 'alaihi wakīlā 

Terjemah Arti: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,

Arab-Latin: Am taḥsabu anna akṡarahum yasma'ụna au ya'qilụn, in hum illā kal-an'āmi bal hum aḍallu sabīlā 

Terjemah Arti: Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).


Terus juga, 

"Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, maka Allah akan faqihkan ia dalam agama." (Muttafaq 'alaihi). 

لاخوف عليهم ولاهم يحزنون

Laa khoufun 'alaihim walaahum yahzanuun 

Tomorrow is today

Today is Yesterday

Maknanya, besok itu adalah kita hari ini, sedangkan hari ini adalah kita di masa lalu. Masa depan terbentuk dari pilihan kita saat ini. Masa sekarang pun adalah pilihan kita dari masa kemarin. Makanya, Allah berfirman dalam QS. Al-Ashr : 1-3. Surah tersebut sedikit, lugas, dan jelas menegaskan bahwa waktu kita itu sedikit. Nggak banyak. Jadi, buat apa kita berleha-leha? Toh sebentar lagi kita juga akan menuju liang lahat. Apa yang akan kita bawa nanti? 













0 komentar:

Posting Komentar