Jumat, 09 Oktober 2020

Senandika


DUA SISI
Inilah Aku, Manusia 
Oleh: M3


Demi masa yang jiwaku berada ditangan-Nya. Terkadang di satu sisi aku merasa hangat menyeruak mengaliri jengkal tubuh. Namun, tatkala fajar kuembuskan lebih dekat, gerah mendera. Terik mengobarkan kepanasan. Pori-poriku terbakar.

Perasaan jadi tak menentu. Seperti hati direbus sang mentari. Aku terluka karena menumpahkan semuanya dalam dada. Pagi bermetafora. Ia menerjangku tak kenal sementara. Membumbungkan peluh pengibar mobilitas tak menegas. 

Lalu sejuk memintal rompi. Mencipratkan kesegaran cantiknya filosofi. Petang mengeksistensikan bulan yang geulis. Sayangnya, aku terlena kembali. Kutuang seluruhnya. 

Membiarkan dinginnya menggerayangi kulitku. Mengaliri tiap sendi yang sempat memanas. Pada akhirnya, ia mendiamkan karena terus kupinta lebih. Otakku meradang beku. Pikiranku melebar. Membuka gerbang di mana tadinya tertutup ego yang ria.

Dua sisi menyentilku 'tuk berbuat seimbang. Menyelaraskan apa yang ada di kedua tepi. Menyandarkan segala angan yang terlalu menumpuk tak kenal lelah. Terus berujar semangat memupuk ingin, padahal sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Aku akan berusaha meraih pinggiran bahu yang berbeda. 

"Gunakan sesuka hatimu dengan standar yang seimbang, Wahai Diri Sendiri. Kau tahu, tak segalanya yang terpenuhi itu baik," nasihatku pada diri sendiri di antara bibir yang mengatup. 



#berjutapenafsirandisilakan

Mojokerto, 09 Oktober 2020

0 komentar:

Posting Komentar