Sabtu, 26 September 2020

Cermin - Bunga untuk Kakak

 

BUNGA UNTUK KAKAK
Oleh: M3

Akhir-akhir ini Kakak banyak melamun. Aku mengajaknya berbicara, tetapi dia diam saja. Biasanya mau bermain denganku. Sekarang cuma duduk memandangi jendela. Aku penasaran apa yang dipikirkan olehnya.

Keesokannya, Ayah dan Ibu pergi. Kira-kira mereka ke mana, ya? Aku cuma memandangi Ayah dan Ibu yang berjalan menjauh berbeda arah. Aku dan Kakak menunggu mereka pulang. Malam tiba, tetapi tetap tak ada yang datang. Besoknya masih kutunggu sampai hari berikutnya. Aku mulai menangis dan takut. Apa mereka meninggalkan kami?

"Kak, Ayah dan Ibu mana?"

"Mereka berpisah dan tidak akan kembali lagi."

Aku menangis dan berlari ke halaman rumah. Mencoba memanggil Ayah dan Ibu. Tidak ada jawaban. Mungkin ini alasan Kakak sering melamun. Dari luar aku mendengar suara barang pecah. Aku sangat ketakutan mendengarnya. Tak berani masuk ke sana dahulu.

Tiba-tiba terdengar tangisan Kakak yang keras. Aku mencoba mengintip dari luar. Kakak memeluk lututnya. Menutup wajah dengan kedua tangannya.

Aku berlari ke gerbang lagi berusaha mencari Ayah dan Ibu. Sayangnya, di depan rumah kami adalah hutan. Pasti akan tersesat kalau aku mencari mereka sendirian. Kakak akan bertambah sedih nanti.

Aku pun berjongkok. Terus berdoa mengharapkan Ayah dan Ibu kembali pada kami. Tetap menyayangi kami supaya bisa terus kumpul bersama lagi. Namun, tangisan Kakak semakin kencang.

"Ayah? Ibu? Kalian ke mana? Kami takut di sini!" rengekku memandang pepohonan yang menjulang. 

Pada akhirnya kucoba mencari sesuatu. Dapat. Satu tangkai bunga untuk Kakak. Semoga Kakak suka. Aku memberanikan diri masuk ke rumah. Sebelumnya aku sembunyikam dulu di belakang punggung.

"Kak, jangan nangis terus, ya. Ada Melati di sini. Ini, hadiah untuk Kakak. Kakak jangan nangis lagi, ya."

Kakak menerimanya. Lalu memelukku erat sekali. Seperti tidak akan dilepas. Ia juga masih menangis.

"Melati sedih kenapa Ayah dan Ibu meninggalkan kita. Melati janji akan terus bersama Kakak," kataku ikut menangis keras. 

"Terima kasih, Melati."

Kakak sesenggukan. Kemudian melepaskan pelukan. Ia tersenyum dengan mata yang masih merah.

Mojokerto, 14 September 2020

***



0 komentar:

Posting Komentar